Palangka Raya, Majalahkalteng.co.id — Suasana Bundaran Besar Palangka Raya kembali semarak dengan digelarnya Huma Betang Night, sebuah agenda rutin mingguan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan ini berlangsung beriringan dengan agenda Car Free Night, dan berhasil menyedot perhatian masyarakat luas yang turut hadir bersama jajaran Forkopimda Kalimantan Tengah.
Salah satu penampilan yang paling menyita perhatian malam itu adalah karya seni sendratari yang dibawakan oleh Sanggar Seni Budaya Bukit Kahias. Membawa cerita rakyat dari Desa Tumbang Miwan, Kabupaten Gunung Mas, sendratari bertajuk “Legenda Batu Bawui” tampil memukau dengan perpaduan unsur tari, musik tradisional, dan narasi yang mengalir indah di panggung terbuka.
Kepala UPT Taman Budaya Kalimantan Tengah, Wildae D. Binti, menjelaskan bahwa karya ini merupakan bagian dari upaya mengenalkan kembali warisan cerita rakyat lokal kepada masyarakat luas. “Sendratari ini sebelumnya telah dipentaskan di lingkungan Taman Budaya, dan malam ini kami beri kesempatan tampil di ruang publik yang lebih besar, agar masyarakat dapat menikmati kekayaan budaya kita,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wildae menambahkan bahwa seni sendratari yang dibawakan merupakan hasil kreasi para seniman lokal Kalimantan Tengah yang tergabung dalam Sanggar Bukit Kahias. “Karya ini menggabungkan unsur tari, musik, dan narasi menjadi satu kesatuan pementasan yang utuh dan komunikatif. Ini menjadi bukti bahwa seniman daerah mampu menyuguhkan pertunjukan yang berkualitas dan bernilai budaya tinggi,” katanya.
Selain menjadi ajang hiburan, Huma Betang Night juga memiliki peran penting dalam memupuk kecintaan generasi muda terhadap seni dan budaya daerah. “Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah melalui UPT Taman Budaya dalam menumbuhkan minat, kepedulian, dan partisipasi generasi muda terhadap warisan budaya Nusantara,” tambah Wildae.
Program ini sejalan dengan visi Gubernur Kalimantan Tengah, H. Sugianto Sabran, untuk membangun Kalteng yang Bermartabat dan Berbudaya, dengan mendorong pelestarian serta pengembangan seni tradisional sebagai bagian dari identitas daerah.[Nta/Red]